Damiliawati.cz.cc - Enam orang demonstran dikabarkan merobek Al Quran di depan Gedung Putih, Washington, D.C., Sabtu waktu setempat, 11 September 2010. Itu hari persis peringatan Tragedi 9/11; serangan jaringan teroris al Qaeda yang meluluhlantakkan Menara Kembar World Trade Center.
“Kenapa kami melakukan ini, tolong dengar saya: kampanye bahwa Islam adalah agama damai harus dihentikan,” kata Terry Randall, 51, yang merupakan satu dari enam orang pengunjuk rasa itu.
Dalam aksi itu, aktivis yang lain, Andrew Beacham, membacakan sejumlah ayat Al Quran yang menurut dia telah menganjurkan berbagai aksi kekerasan terhadap umat Kristen dan Yahudi. Tak cuma itu, dia juga berkoar-koar menyalahkan ajaran Quran sebagai penyebab Tragedi 9/11—satu hal yang oleh Presiden Obama sendiri dan para pemuka Islam telah dinyatakan tak sedikit pun berkaitan dengan ajaran Islam dan semata-mata merupakan aksi keji kawanan teroris al Qaeda.
Setelah itu, Beacham lalu merobek beberapa halaman buku yang dia pegang, yang diklaimnya merupakan Al Quran versi Bahasa Inggris.
Demonstrasi kecil ini berlangsung setelah Pendeta Terry Jones membatalkan rencananya untuk membakar Al Quran di Gainesville, Florida. "Kami sudah pasti tak akan membakar Quran. Tidak. Tidak hari ini (11 September), tidak juga nanti,” dia menegaskan kepada stasiun NBC.
Jangan terpancing
Menanggapi insiden itu, berbagai tokoh mengimabau umat Islam di Indonesia untuk tidak terpancing dan bereaksi berlebihan.
Ketua Majelis Ulama Indonesia, Nazri Adlani. menyatakan, "Aksi itu hanya
cari sensasi." Dia mengimbau agar umat jangan bertindak emosional. "Itu kan cuma segelintir orang yang cuma cari perhatian dan cari gara-gara."
Tokoh Nahdlatul Ulama dan adik Gus Dur, KH Solahuddin Wahid, menyatakan hal senada. "Kita boleh tidak senang. Tapi jangan melakukan tindakan yang sama jeleknya, misalnya dengan merusak dan merobek kitab Injil," kata Gus Solah.
Pemuka Katholik di Indonesia dan tokoh pluralisme agama, Frans Magnis Suseno, juga keras mengecamnya. "Perobekan Al Quran sama memalukannya seperti rencana pembakaran Al Quran."
Ditegaskan Romo Magnis yang juga merupakan Direktur Program Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Filsafat Driyakara sebagai sebagai orang beragama, seharusnya semua saling menghormati kitab suci agama lainnya. "Agama Kristen mengajarkan agar senantiasa bersikap baik dan saling menghormati."
Aktivis antiaborsi
Lalu, siapa sebetulnya para demonstran ini?
Digambarkan sebagian media sebagai kelompok Kristen fundamentalis, kelompok kecil itu sebetulnya lebih pas dideskripsikan sebagai aktivis politik konservatif berhaluan kanan yang amat radikal menentang aborsi (pro-life) dan gencar melawan kebijakan pro-choice Presiden Obama.
Randall, misalnya, dikenal luas sebagai salah satu aktivis antiaborsi paling militan di Amerika. Dia adalah pendiri dan mantan pemimpin sebuah gerakan antiaborsi bernama Operation Rescue. Nama Randall jadi buah bibir ketika pada tahun 1987 dia dan pengikutnya memblokade pintu masuk sejumlah klinik aborsi di Amerika.
Gara-gara aksinya itu, dia telah ditahan 40 kali oleh polisi. Randall pertama kali ditangkap pada tahun 1986 ketika dia memborgol diri ke pipa wastafel sebuah klinik aborsi. Yang terakhir, dia diborgol aparat karena membangkang perintah pengadilan untuk tidak memasuki kompleks Universitas Notre Dame dan ngotot mendemo kunjungan Presiden Obama ke kampus itu.
Adapun Beacham, sebagaimana tertera di akun twitter-nya @ABeacham, melukiskan dirinya sebagai seorang seniman dan penyebar pro-life (antiaborsi), anggota Insurrecta Nex dan Tea Party Organizer, serta tinggal di Falls Church, AS. Kepada wartawan yang meliput aksinya, dia mengklaim sebagai salah satu pemimpin Tea Party, gerakan politik sayap kanan dari Indiana.
Akan tetapi, menurut pengecekan VIVAnews.com, pada situs resmi gerakan itu nama pemuda berjambang ini sama sekali tak tercantum.
Dan sama seperti Randall, Beacham pun melihat Presiden Obama sebagai musuh politik utamanya.
Menurut laman The Washington Independent, pemuda aktivis ini pernah diusir polisi dari empat acara pidato Presiden Obama—termasuk ketika Obama berpidato di Universitas Notre Damme dan di sebuah acara jaminan kesehatan masyarakat di Maryland. Dia bahkan pernah menyatakan bahwa meneriaki Presiden Amerika secara terbuka adalah metoda demonstrasi yang jauh lebih efektif dari segala bentuk protes lainnya.
Beacham lalu bergabung dengan Terry Randall karena dikabarkan kecewa dengan Partai Republik dan Tea Party.
Tea Party sendiri bukanlah organisasi agama per se. Menurut situs resminya www.teaparty.org, ini adalah gerakan yang memperjuangkan berbagai isu keamanan, kedamaian, dan kedaulatan Amerika Serikat. Namanya diambil dari Boston Tea Party, salah satu momen terpenting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Amerika Serikat melawan Inggris, yang terjadi pada tahun 1773.
Begitu pula halnya dengan Insurrecta Nex. Ini gerakan yang didirikan oleh Terry Randall, yang sebagaimana diterangkan dalam website-nya adalah “gerakan revolusi menentang kematian melalui kekerasan dan pembunuhan.” (sumber: AFP, wikipedia, The Washington Independent, teaparty.org, insurrectanex.com).
“Kenapa kami melakukan ini, tolong dengar saya: kampanye bahwa Islam adalah agama damai harus dihentikan,” kata Terry Randall, 51, yang merupakan satu dari enam orang pengunjuk rasa itu.
Dalam aksi itu, aktivis yang lain, Andrew Beacham, membacakan sejumlah ayat Al Quran yang menurut dia telah menganjurkan berbagai aksi kekerasan terhadap umat Kristen dan Yahudi. Tak cuma itu, dia juga berkoar-koar menyalahkan ajaran Quran sebagai penyebab Tragedi 9/11—satu hal yang oleh Presiden Obama sendiri dan para pemuka Islam telah dinyatakan tak sedikit pun berkaitan dengan ajaran Islam dan semata-mata merupakan aksi keji kawanan teroris al Qaeda.
Setelah itu, Beacham lalu merobek beberapa halaman buku yang dia pegang, yang diklaimnya merupakan Al Quran versi Bahasa Inggris.
Demonstrasi kecil ini berlangsung setelah Pendeta Terry Jones membatalkan rencananya untuk membakar Al Quran di Gainesville, Florida. "Kami sudah pasti tak akan membakar Quran. Tidak. Tidak hari ini (11 September), tidak juga nanti,” dia menegaskan kepada stasiun NBC.
Jangan terpancing
Menanggapi insiden itu, berbagai tokoh mengimabau umat Islam di Indonesia untuk tidak terpancing dan bereaksi berlebihan.
Ketua Majelis Ulama Indonesia, Nazri Adlani. menyatakan, "Aksi itu hanya
cari sensasi." Dia mengimbau agar umat jangan bertindak emosional. "Itu kan cuma segelintir orang yang cuma cari perhatian dan cari gara-gara."
Tokoh Nahdlatul Ulama dan adik Gus Dur, KH Solahuddin Wahid, menyatakan hal senada. "Kita boleh tidak senang. Tapi jangan melakukan tindakan yang sama jeleknya, misalnya dengan merusak dan merobek kitab Injil," kata Gus Solah.
Pemuka Katholik di Indonesia dan tokoh pluralisme agama, Frans Magnis Suseno, juga keras mengecamnya. "Perobekan Al Quran sama memalukannya seperti rencana pembakaran Al Quran."
Ditegaskan Romo Magnis yang juga merupakan Direktur Program Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Filsafat Driyakara sebagai sebagai orang beragama, seharusnya semua saling menghormati kitab suci agama lainnya. "Agama Kristen mengajarkan agar senantiasa bersikap baik dan saling menghormati."
Aktivis antiaborsi
Lalu, siapa sebetulnya para demonstran ini?
Digambarkan sebagian media sebagai kelompok Kristen fundamentalis, kelompok kecil itu sebetulnya lebih pas dideskripsikan sebagai aktivis politik konservatif berhaluan kanan yang amat radikal menentang aborsi (pro-life) dan gencar melawan kebijakan pro-choice Presiden Obama.
Randall, misalnya, dikenal luas sebagai salah satu aktivis antiaborsi paling militan di Amerika. Dia adalah pendiri dan mantan pemimpin sebuah gerakan antiaborsi bernama Operation Rescue. Nama Randall jadi buah bibir ketika pada tahun 1987 dia dan pengikutnya memblokade pintu masuk sejumlah klinik aborsi di Amerika.
Gara-gara aksinya itu, dia telah ditahan 40 kali oleh polisi. Randall pertama kali ditangkap pada tahun 1986 ketika dia memborgol diri ke pipa wastafel sebuah klinik aborsi. Yang terakhir, dia diborgol aparat karena membangkang perintah pengadilan untuk tidak memasuki kompleks Universitas Notre Dame dan ngotot mendemo kunjungan Presiden Obama ke kampus itu.
Adapun Beacham, sebagaimana tertera di akun twitter-nya @ABeacham, melukiskan dirinya sebagai seorang seniman dan penyebar pro-life (antiaborsi), anggota Insurrecta Nex dan Tea Party Organizer, serta tinggal di Falls Church, AS. Kepada wartawan yang meliput aksinya, dia mengklaim sebagai salah satu pemimpin Tea Party, gerakan politik sayap kanan dari Indiana.
Akan tetapi, menurut pengecekan VIVAnews.com, pada situs resmi gerakan itu nama pemuda berjambang ini sama sekali tak tercantum.
Dan sama seperti Randall, Beacham pun melihat Presiden Obama sebagai musuh politik utamanya.
Menurut laman The Washington Independent, pemuda aktivis ini pernah diusir polisi dari empat acara pidato Presiden Obama—termasuk ketika Obama berpidato di Universitas Notre Damme dan di sebuah acara jaminan kesehatan masyarakat di Maryland. Dia bahkan pernah menyatakan bahwa meneriaki Presiden Amerika secara terbuka adalah metoda demonstrasi yang jauh lebih efektif dari segala bentuk protes lainnya.
Beacham lalu bergabung dengan Terry Randall karena dikabarkan kecewa dengan Partai Republik dan Tea Party.
Tea Party sendiri bukanlah organisasi agama per se. Menurut situs resminya www.teaparty.org, ini adalah gerakan yang memperjuangkan berbagai isu keamanan, kedamaian, dan kedaulatan Amerika Serikat. Namanya diambil dari Boston Tea Party, salah satu momen terpenting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Amerika Serikat melawan Inggris, yang terjadi pada tahun 1773.
Begitu pula halnya dengan Insurrecta Nex. Ini gerakan yang didirikan oleh Terry Randall, yang sebagaimana diterangkan dalam website-nya adalah “gerakan revolusi menentang kematian melalui kekerasan dan pembunuhan.” (sumber: AFP, wikipedia, The Washington Independent, teaparty.org, insurrectanex.com).
1 comments:
nice post
Post a Comment